Peluang Koperasi dalam Menghadapi
Ekonomi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) Tahun 2015:
1.
Globalisasi ekonomi teutama implementasi MEA
dapat menciptakan peluang pasar bagi produK UKM. Pasar ASEAN sebesar 600 juta,
dengan jumlah kelas menengah ASEAN berjumlah 24% pada 2010 akan meningkat
menjadi 65% pada 2030 (menurut ADB).
2.
Potensi pengembangan industri nasional dan
mendorong Indonesia sebagai production base di kawasan dengan ditopang pasar
domestik yang besar, penduduk usia muda atau produktif, investasi yang
meningkat dan sumber daya alam yang besar.
3.
Perdagangan intra-ASEAN cenderung meningkat,
tetapi porsinya masih relatif kecil (25%).
4.
Keunggulan produk UKM (memiliki keunikan atau
nilai seni tinggi berbasis kebudayaan lokal, handmade) dan telah memenuhi
standar kualitas (Eropa Timur, UEA, & China peluang pasar untuk produk
kerajinan).
5.
Dukungan kebijakan pemerintah/lintas terkait
(Hulu: Peningkatan daya saing produk yakni diklat, sertifikat produk, penguatan
branding, dll. Dan Hilir: Promosi dan pemasaran melalui fasilitas pameran, temu
bisnis, konsolidasi kargo).
6.
Semakin terbukanya peluang pasar internasional
dan kerjasama ekonomi baik secara bilateral, kawasan, maupun regional.
Tantangan Koperasi dalam Menghadapi Ekonomi MEA (Mayarakat
Ekonomi ASEAN) Tahun 2015:
1.
Produk
Standar produk yang sesuai dengan ketentuan
ASEAN atau internasional, desain & kualitas produk yang sesuai dengan
selera pasar, serta kesinambungan kegiatan produksi.
2.
Pelaku/UKM
Belum semua UKM melihat MEA 2015 sebagai
peluang, kurang memahami fasilitas perdagangan dan prosedur kepabeanan,
fasilitas pembiayaan yang belum dimanfaatkan, kreatifitas dan inovasi guna
meningkatkan daya saing, dan sebagai UKM masih bergantung pada lembaga keuangan
informal.
3.
Infrastruktur/Sarana Prasarana
Penggunaan e-channel dan e-commerce yang
belum maksimal, informasi yang belum terpusat, dan aktivitas promosi ekspor
terbatas.
4.
Kebijakan/Regulasi
Keraguan Bank untuk meminjamkan dana kepada
UKM, market intelligence mengenai ASEAN belum optimal, mahalnya biaya
penyesuaian standar dan sertifkasi internasional, mahalnya biaya pembuatan
sistem iformasi virtual yang komperhensif dan terpadu, perlu perencanaan bisnis
dan pemasaran bagi UKM, serta adanya hambatan non-tariff,